Beranda | Artikel
Tingkatan Ruh Di Alam Kubur
Jumat, 18 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Tingkatan Ruh Di Alam Kubur ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad yang disampaikan oleh Ustadz Abu Haidar As-Sundawy. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 30 Al-Muharram 1442 H / 18 September 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Mengenal Ruh

Kajian Tentang Tingkatan Ruh Di Alam Kubur

Pada pertemuan yang lalu kita sudah menceritakan perjalanan ruh ke alam kubur, sejak mulai ruh itu dicabut dari jasadnya orang mukmin kemudian dibawa terus ke langit, sampai ke langit ke-7 lalu dikembalikan ke jasadnya di alam kubur lalu mengalami fitnah kubur, pertanyaan di alam kubur, bisa menjawab, lalu memperoleh nikmat kubur.

Kalau ruh orang kafir atau orang durhaka, di langit pertama pun sudah mentok, tidak dibukakan pintu langit. Akhirnya  dicampakkan ke bawah, disambar oleh burung, dibawa oleh angin ke tempat yang jauh sebelum akhirnya masuk ke jasadnya di alam kubur, mengalami fitnah kubur, tidak bisa menjawab pertanyaan di alam kubur, lalu memperoleh adzab kubur. Itu semua sudah kita terangkan.

Naiknya ruh ke atas langit menunjukkan bahwa memang Allah ‘Azza wa Jalla ada di atas langit. Sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa-nya, beliau berkata:

أما الحديث المذكور في قبض روح المؤمن وأنه يصعد بها إلى السماء التي فيها الله؛ فهذا حديث معروف جيد الإسناد، وقوله: (فيها الله) ؛ بمنزلة قوله تعالى: {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ

“Adapun hadits yang menyebutkan tentang dicabutnya ruh mukmin dan ruh mukmin itu dibawa ke langit, di langit itulah ada Allah. Hadits ini ma’ruf, sanadnya jayyid. Adapun yang dimaksud di langit itu ada Allah, ini sesuai dengan ayat yang terdapat dalam surah Al-Mulk ayat 16 dan 17:

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ ﴿١٦﴾ أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ ﴿١٧﴾

“Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang ada di langit? Bahwa Allah akan membenamkan kalian ke dalam tanah. Maka tiba-tiba tanah itu berguncang. Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang ada di langit? Bahwa Allah akan mengirim kepada kalian hujan batu sebagai adzab lalu kalian akan mengetahui bagaimana akibat dari mengabaikan peringatan tersebut.”

Berkat Al-Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah, kata beliau:

الأرواح متفاوتة في مستقرِّها في البرزخ أعظم تفاوت

Bahwa ruh-ruh itu bertingkat-tingkat tempatnya di alam barzakh, ada yang pertama ruh yang terbaik, mereka berada di tempat tertinggi yang disebut di Al-Mala’ul A’la, disebut dengan sebutan Ar-Rafiqul A’la. Mereka adalah ruhnya para Nabi ‘Alaihimush Shalatu was Salam, dan mereka itu pun bertingkat-tingkat dalam hal kedudukan di sana. Hal ini sebagaimana yang dilihat oleh Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam ketika peristiwa Isra Mi’raj.

Ada lagi ruh yang bertempat di lambung burung-burung yang hijau, burung itu beterbangan kian kemari di taman-taman surga sekehendaknya. Inilah ruh sebagian para syuhada, bukan seluruhnya. Sebab di kalangan para syuhada ada juga ruhnya yang tertahan dari surga karena hutangnya atau karena yang lainnya. Ada lagi yang nanti tertahan di pintu surga, ada lagi yang tertahan di alam kuburnya. Hal ini sebagaimana sebuah hadits tentang صاحب الشملة, seorang sahabat pemilik semacam jaket yang dia korupsi karena milik umat tapi tidak disetorkan. Dia diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengambil harta umat di beberapa orang. Kemudian dia mengambil satu pakaian yang dia pakai untuk sendiri. Kemudian dia berperang dan mati di medan perang sebagai seorang yang syahid. Karena dia mati di medan perang, orang-orang mengatakan: “Sungguh berbahagia dia akan masuk ke dalam surga.” Tapi apa kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam?

والذي نفسي بيده، إن الشَّمْلة التي غلَّها تشتعل عليه نارًا في قبره

“Demi Allah yang jiwaku berada ada ditanganNya, sesungguhnya jaket (pakaian hangat) yang pernah dia curi itu sekarang berubah menjadi nyala api di dalam kuburnya.” (Hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang diterima dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Lihat bagaimana seorang yang mati syahid masih tetap terbakar di alam kuburnya karena kejahatan yang dia lakukan mengambil sebagian dari harta umat.

Sebagian dikalangan ruh ada juga yang menempati pintu surga. Sebagaimana hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma:

الشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ إِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

“Para syuhada itu berada di pinggir sungai di pintu surga, barada dalam kubah yang hijau, bagi mereka keluarlah rezeki mereka dari surga setiap pagi dan setiap petang.” (HR. Imam Ibnu Hibban)

Ada lagi ruh yang tertahan di bumi, tidak naik ke atas. Hal ini karena ruh tersebut memang ruh yang rendah dan hina. Ruh-ruh yang rendah dan hina tidak akan bisa bersaru dengan ruh-ruh yang mulia tinggi di langit. Sebagaimana di dunia pun orang-orang yang ruh, hati dan jiwanya kotor, hina, jahat, durhaka itu tidak akan bersatu dengan orang-orang yang ruhnya bersih, jiwanya lebih cenderung kepada kebenaran, ibadah, amal shalih, berbuat kebaikan.

Tidak akan bersatu orang-orang yang taat dengan orang yang maksiat. Tidak akan bersatu orang-orang yang takwa dengan orang-orang yang durhaka ketika di dunianya.

Dan jiwa yang ketika di dunianya tidak pernah mengenal Rabbnya, tidak pernah mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak pernah berdzikir, tidak pernah merasa nikmat dan nyaman ketika ibadah berdua-dua taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hal ini karena jiwanya yang rendah, hina dan kotor. Maka setelah jiwanya ini berpisah dari badannya, maka tidak ada tempat yang layak untuknya kecuali tempat yang hina pula.

Sebaliknya, jiwa yang mulia, yang tinggi, walaupun ketika hidupnya di dunia dia hidup di permukaan tanah tapi jiwanya melayang ke atas, selalu connect kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selalu tegak berdiri di hadapan Allah karena cintanya dan rindunya, selalu berdzikir kepada Allah, mendekat kepada Allah, merasa nyaman ketika bersujud, ketika bersimpuh di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka jiwa yang seperti ini ketika berpisah dari badannya, berada di tempat yang cocok dengan kondisi ketika dia masih hidup di dunia. Ketika masih hidup jiwanya terbang mengawang ke atas langit, mi’raj kepada Allah dalam shalat-shalat mereka.

الصلاة معراج المؤمنين

“Shalat itu mi’rajnya orang-orang mukmin.”

Dan mereka tidak akan mencitai sesama manusia kecuali juga terhadap orang-orang sama kondisi jiwanya dengan mereka. Sebagaimana hadits sudah kita jelaskan:

الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

Bahwa jiwa-jiwa itu seperti tentara-tentara yang terkoordinir. Maka jiwa-jiwa saling mengenal karena kesamaan aqidah, karena kesamaan pemahaman, karena kesamaan di dalam memahami Allah dan syariatNya, maka mereka akan bersatu. Tapi jiwa-jiwa yang saling tidak mengenal karena perbedaan kondisi jiwanya, yang satu mendekat kepada Allah yang satu lagi lari dari Allah, tidak saling mengenal.

Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintai di dunia, di alam barzakh dan juga pada hari kiamat nanti. Hal ini sebagaimana diterangkan di dalam hadits. Oleh karena itulah maka ruh-ruh orang-orang mukmin ketika di alam barzakhnya -baik dari kalangan para Nabi, para syuhada dan orang-orang mukmin yang shalih- mereka itu berjumpa di alam barzakhnya, berkumpul dan saling mengunjungi, serta saling menyapa, saling berbicara dan mengingat kehidupan masa lalu ketika di dunia.

Mereka saling mengenal dan saling mengunjunginya para ruhnya orang-orang mukmin di alam kubur ini ditegaskan oleh para ulama. Diantaranya, berkata Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ar-Rajihi Rahimahullahu Ta’ala, kata beliau bahwa ruh itu ada dua macam. Ada ruh yang diadzab ketika di alam kubur, ada juga ruh yang diberi nikmat. Adapun ruh yang diadzab di alam kubur, mereka sibuk dengan adzab yang dideritanya dan dialaminya sehingga tidak sempat untuk saling berkunjung dan berjumpa dengan sesama mereka. Adapun ruh-ruh yang memperoleh nikmat kubur, mereka bebas, tidak tertahan, mereka saling berjumpa, mereka saling mengunjungi, mereka saling bercerita tentang kehidupan di dunia di masa yang lalu dan bercerita tentang orang-orang di dunia yang mungkin masih hidup. Maka semua ruh akan bersama dengan sahabat-sahabatnya yang memiliki amalan yang sama ketika di dunia.

Adapun yang menjadi dalil bahwa ruh-ruh tersebut saling berkunjung, saling berjumpa, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَـٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَـٰئِكَ رَفِيقًا ﴿٦٩﴾

Dan orang-orang yang taat kepada Allah dan RasulNya, mereka akan berada bersama-sama orang-orang yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka dari kalangan para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin, dan itulah sebaik-baik sahabat.” (QS. An-Nisa[4]: 69)

Kebersamaan mereka tersebut berlangsung di dunia, di alam barzah dan di alam akhirat. Ketika menerima pembalasan, seseorang akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya di tiga negeri tersebut; di dunia, di alam barzah dan di alam akhirat.

Coba lihat orang yang shalih hanya bergaul, bersahabat, akrab, saling mencintai dengan sesama ahli ibadah. Mereka tidak mau bersahabat erat dengan orang-orang durhaka, mereka khawatir nanti terjerumus kedalam kedurhakaan. Orang durhaka ketika di dunia tidak mau bergaul dengan orang-orang shalih. Macam-macam alasannya, ada yang minder, ada yang takut diceramahin, ada yang nanti takut ibadah terus padahal hati dan jiwanya berat untuk melakukan semuanya itu, maka orang-orang durhaka hanya akan mencari kawan-kawan yang sesama orang durhaka, biar enjoy, biar menikmati kebersamaan, biar sama-sama melakukan perbuatan yang sama-sama mereka sukai, yaitu kedurhakaan. Di dunia mereka bersama-sama dengan sesama mereka, di alam barzah juga, di akhirat juga.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Tentang Tingkatan Ruh Di Alam Kubur


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49060-tingkatan-ruh-di-alam-kubur/